Setiap tahun, ayah angkat saya punya kebiasan berkeliling ke berbagai
panti asuhan dan rumah anak yatim. Kunjungan biasanya dilakukan dua
kali. Awal bulan Ramadhan dan akhir bulan Ramadhan.
Kunjungan pertama adalah survey untuk mengetahui kebutuhan panti asuhan atau rumah yatim.
Kunjungan kedua membawa bantuan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Ketika
berkunjung ke salah satu rumah yatim, ayah angkat saya bertemu dengan
seorang bocah bernama Nina. "Nina, apa yang anakku mau sayang" begitu
ayah saya membuka percakapan. "Nina mau baju baru?, sepatu baru?, tas
baru? Atau apa nak? tambah ayah saya. "Nggak ah… ntar om marah" jawab
Nina. "nggak sayang, om tidak akan marah" ayah saya menimpali. "Nggak
ah... ntar om marah" Nina mengulang jawabannya.
Ayah saya Bberpikir, pasti yang diminta Nina adalah sesuatu yang mahal. Rasa keingintahuan orang tua saya semakin menjadi.
Maka
dia dekati lagi Nina sambil berkata, "ayo nak katakan apa yang kamu
minta sayang" "Tapi janji ya om tidak marah" jawab Nina manja. "Om janji
tidak akan marah sayang" tegas ayah saya. "Bener om tidak akan marah"
sahut Nina agak ragu. Ayah saya menganggukkan kepala pertanda bahwa ia
setuju untuk tidak marah.
Nina menatap tajam wajah ayah
saya. Sementara ayah saya berpikir, apa gerangan yang diminta oleh Nina.
"Seberapa mahal sich yang bocah kecil ini minta sampai dia harus
meyakinkan bahwa saya tidak akan marah' pikir ayah saya. Sambil
tersenyum orang tua saya mengatakan "ayo nak, katakan, jangan takut, om
tidak akan marah nak."
Dengan terus menatap wajah ayah
saya, Nina berkata; "bener ya om tidak marah." Sekali lagi ayah saya
mengganggukan kepala. Dengan wajah berharap-harap cemas, Nina mengajukan
permintaanya "om, boleh nggak saya memanggil ayah"
Mendengar
jawaban itu, tak kuasa ayah saya membendung air matanya. Segera dia
peluk Nina dan mengatakan " tentu anakku.. tentu anakku...mulai hari ini
Nina boleh memanggil ayah, bukan om"
Sambil memeluk erat ayah saya, dengan terisak Nina berkata "terima kasih ayah... terima kasih ayah...
Hari
itu, adalah hari yang tak akan terlupakan buat ayah saya. Dia habiskan
waktu beberapa saat untuk bermain dan bercengkrama dengan Nina. Karena
merasa belum memberikan sesuatu yang berbentuk material kepada Nina maka
sebelum pulang, ayah saya berkata kepada Nina :
"anakku, sebelum lebaran nanti ayah akan datang lagi kemari bersama ibu, apa yang kamu minta nak?"
"Khan udah tadi, Nina sudah boleh memanggil ayah" sergah Nina.
"Nina masih boleh minta lagi sama ayah. Nina boleh minta sepeda, otoped atau yang lain, pasti akan ayah kasih."
Sambil
memegang tangan ayah saya, Nina memohon "nanti kalau ayah datang sama
ibu ke sini, saya minta kita foto bareng ayah, ibu dan kakak-kakak,
boleh khan ayah?"
Tiba-tiba kaki orang tua saya lunglai, dia terduduk, bersimpuh di depan Nina.
Dia peluk lagi Nina sambil bertanya; "buat apa foto itu nak?"
Tanpa
ragu Nina menjawab "Nina ingin tunjukkan sama temen-temen Nina di
sekolah, ini foto ayah Nina, ini ibu Nina, ini kakak-kakak Nina."
Ayah saya memeluk Nina semakin erat, seolah ia tak mau berpisah dengan seorang bocah yang menjadi guru kehidupan di hari itu.
Terima kasih Nina, walau usiamu masih belia kau telah mengajarkan kepada kami tentang makna berbagi cinta.
by: Araz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar